Contoh Cerita Dongeng untuk Anak dengan Metode Motorik Halus
Haii kembali lagi dengan ceritaku mengenai mendongeng. Pada saat kuliah, aku mendapat materi pembelajaran mengenai berbagai metode yang dapat dilakukan untuk mendongeng. Diantaranya yaitu mendongeng dengan metode motorik halus, berhitung, anggota tubuh, puzzle, pantomim, dan wayang kertas.
Kali ini aku akan membagikan contoh cerita dongeng dengan metode motorik halus yang pernah aku buat. Konteks cerita ini ialah terdapat guru dan murid yang berada di suatu tempat yang sama baik di dalam ruangan atau diluar ruangan. Sebelum mulai bercerita guru memberikan gambar kerangka burung yang belum memiliki anggota tubuh kepada murid. Sehingga saat mendengarkan cerita, murid dapat menggambar anggota tubuh burung sesuai dengan arahan yang guru sampaikan.
METODE MOTORIK HALUS
Di langit yang biru, hiduplah seekor burung. Burung yang bentuknya sama persis dengan yang ada dalam gambar. Burung itu suka terbang kesana kemari dengan senang. Tapi, saat terbang burung tersebut sering menabrak dahan pohon yang tinggi. “Brak” Burung berteriak kesakitan. “Aduh, kasihan anak-anak. Burungnya sering nabrak karena tidak punya apa ya?“
Anak-anak menjawab, “Burungnya tidak punya mata“
Nah, agar burung tersebut memiliki mata ayo gambarlah mata pada gambar kerangka burung yang sudah kalian pegang.
Anak-anak pun kemudian menggambar mata pada kerangka burung yang ada. Mereka diberi waktu untuk menggambarnya. Jika sudah selesai, guru melanjutkan ke cerita selanjutnya.
Setelah memiliki mata, burung itu pun bisa terbang dengan baik. Tidak membentur dahan pohon, dan dapat melihat pemandangan daratan dari langit yang indah. Lalu, di belakang dahan yang besar terdapat burung elang yang sedang bersembunyi. Burung elang itu ingin memakan burung kecil. Burung elang itu muncul dan mengejar burung kecil. Burung kecil itu ketakutan. Dia lari sambil terus dikejar oleh burung elang. Namun, burung kecil tidak bisa kabur dengan cepat karena burungnya tidak memiliki apa ya?
Serentak anak-anak menjawab: “sayap“
Kemudian guru menugaskan anak-anak untuk memberi gambar sayap pada kerangka gambar burung. Anak-anak pun antusias menggambar sayap. Guru menunggu sampai anak-anak selesai menggambar sayap. Setelah selesai, guru melanjutkan dongengnya.
Setelah memiliki sayap, burung kecil itu pun bisa terbang dengan cepat. Burung elang tidak bisa mengejar dan burung kecil itu selamat. Setelah terbang dengan sangat cepat burung pun merasa kedinginan. “Kenapa burungnya kedinginan, ya?“
Seluruh anak serentak menjawab: “karena tidak ada bulunya”
Guru kemudian memerintahkan anak-anak untuk memberi gambar bulu pada kerangka gambar burung. Guru memberi waktu sampai anak menyelesaikan gambarnya. Setelah selesai, guru melanjutkan dongengnya.
Nah, akhirnya burung-burung itu sudah memiliki mata, sayap, dan bulu. Burung itu bisa terbang dengan baik dan tidak kedinginan. Supaya burungnya berwarna-warni. “Maka burung perlu diberi apa?“
Anak-anak serentak menjawab: “warna”
Guru kemudian memberi waktu yang cukup untuk mewarnai gambar burung dengan warna yang disukai. Anak-anak pun akan larut dalam kegiatan mewarnai yang menyenangkan melalui dongeng. Setelah anak-anak selesai mewarnai, guru menutup dongeng.
Demikianlah cerita dongeng dengan metode motorik halus. Melalui metode ini aspek perkembangan yang menjadi fokus untuk menstimulasi anak ialah aspek motorik halus. Mengapa begitu? karena saat cerita dibacakan anak diminta untuk menggambar bentuk anggota tubuh sesuai dengan arahan guru.
Tidak hanya motorik halus, dalam kegiatan modengeng pun anak dapat mengembangkan beragam aspek mulai dari bahasa (menyimak, menambah kosa kata), kognitif (memahami dan mengimajinasikan alur cerita), sosial emosional (belajar untuk tenang, sabar, dan fokus untuk mendengarkan orang lain bercerita), serta nilai dan moral (anak belajar sikap baik/buruk dari penokohan dan alur cerita yang disampaikan, pesan moral yang diambil dari cerita dongeng).
Jadi, dengan metode apapun cerita disampaikan. Mendongeng sendiri sudah dapat menstimulus banyak aspek pada anak. Selain guru dan murid di sekolah, kegiatan mendongeng dapat dilakukan juga di rumah antara orang tua dan anak atau kakak dengan adik.
Untuk metode mendongeng lainnya akan aku tuliskan pada ceritaku selanjutnya. Stay curious 👀